Sabtu, 28 September 2013

Lupa, Penyakit Masa Tua


Sudah menjadi fitrah bagi manusia untuk tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Dalam setiap fase pertumbuhan (fisik) manusia terdapat kekhasan masing-masing. Kematangan manusia diuji melalui fase-fase tersebut, Jika kita mampu melewati fase tersebut dengan pedoman yang benar dan mampu mengambil pelajaran dari setiap fase tersebut maka kita akan menjadi orang yang luar biasa dan paling beruntung. Itulah sedikit kesimpulan yang saya dapatkan dari peristiwa seorang bapak tua yang lupa naruh tasnya.

Pada siang itu (Rabu, 02 Oktober 2013) ketika waktu sholat Dzuhur sudah masuk, seorang bapak sudah siap menghadang jama'ah di pintu masjid BNPB. Beliau adalah salah satu utusan dari salah satu pondok pesantren di Lombok. Dengan wajah yang ramah dan ceria, beliau memberikan amplop putih yang berisi profil pondok pesantren dan juga anjuran untuk mengisi Sodaqoh se ikhlasnya kepada para jama'ah yang mendapatkan amplop tersebut.

Setelah memberikan amplop kepada jama'ah, sudah saatnya bapak tersebut menyimpan pundi-pundi amal jamaah ke tas yang lebih besar dengan tujuan keamanan, dan kemudian menaruh tas tersebut di sudut ruangan masjid. Bapak yang ceria tersebut terus menyebar amplop putih ke jama'ah yang terus berdatangan ke masjid.

Selang beberapa menit, tiba-tiba bapak tersebut berteriak "Tas saya mana?" ada maling, maling !!!.....
Bapak tersebut langsung Shock, dan menangis menggeru-nggeru sampai membuat jama'ah sholat Dzuhur terganggu. Bapak tersebut masih diliputi kegelisahan dan kepanikan dan terus berlari-lari disekitar masjid untuk mencari tasnya. Tidak cukup mencari tas di lingkungan masjid, bapak tersebut mencoba mengejar maling ke jalan raya Ir. H. Juanda. Dengan tangan hampa bapak tersebut kembali ke masjid dalam kondisi gelisah dan terus menangis.

Sesampainya di masjid, bapak tersebut masih menangis dan menyesali kejadian tersebut. Beliau merasa bersalah karena kelalaiannya dalam menjaga amanah pondok pesantren untuk mengumpulkan amal jama'ah di ibu kota. Tiba-tiba  datang seorang pemuda dengan wajah yang tenang dan penuh senyuman seraya mengucapkan sepatah kata kepada bapak tersebut " Mohon maaf bapak, di sebelah tiang masjid itu tas bapak bukan?" tanya pemuda tersebut. Tanpa pikir panjang bapak tersebut langsung mengambil tas. Ternyata, bapak tersebut hanya lupa menaruh tas saja.

Subhanallah, wajah bapak tersebut yang semula muram, marah, dan gelisah berubah bahagia setelah ia membuka tas dan menemukan semua uang dan dokumen dalam keadaan lengkap. 

Cerita tersebut memberikan contoh kongrit kepada kita bahwa penyakit lupa akan semakin mendominasi perilaku kita ketika umur semakin tua. Kalau lupa terhadap amanah yang bersifat duniawi saja membuat kita kelimpungan, sedih, menangis dan gugup, apa yang akan terjadi jika kita lupa terhadap amanah ukhrowi ???? tentu jauh lebih kelimpungan bukan???

Jika kita tidak mau terkena penyakit lupa amanah uhkrowi dan duniawi, mulai dari sekarang kita harus belajar dan membiasakan ingat kepada Allah SWT. Salah satunya adalah dengan berdzikir. Kenapa harus berdzikir??? karna orang lupa bisa disebabkan oleh hati yang tidak tenang, sedangkan berdzikir Allah SWT sudah menjamin hati mereka menjadi tenang "Ala Bidzikrillahi Fainnahu Tathmainnal Qulub"

Selamat Berdzikir, Temukan Ketenangan
Allah akan Selalu Mengingat Kita 10 Kali Lipat
Seandainya Kita Mengingat-Nya Satu Kali Saja